Senin, 18 Februari 2013

video LPK nasinal 2011

http://www.youtube.com/watch?v=2QHMKjeUT0k&noredirect=1
video LPK nasinal 2011

SANDI BHINEKA TUNGGAL IKA


SANDI BHINEKA TUNGGAL IKA

Kehormatan itu suci
Janganlah kurang amalmu dalam kesukaran
Tenanglah dalam bahaya
Katakanlah selalu dalam sebenarnya
Janganlah sekali-kali setengah benar, atau yang berarti dua
Sabda Pandita Ratu
Manusia itu manusia
Kaya atau melarat adalah keadaan lahir
Kita mengukur orang dengan ukuran batin
Siapa saja, meskipun bagaimanaadalah kawan kita
Karenanya janganlah berbuat sesuatu
Yang dapat menyakiti hati atau menghinakan orang lain
Lebih baik mati terhormat daripada hidup dengan nista
Dalam keadaan bagaimanapun juga,
Pancarkanlah jiwamu dengan riang gembira
Dan janganlah tampak pada lahirmu aka nisi hatimu
Pemuda setia adalah orang yang sopan dan perwira,
Yang membela orang-orang miskin
Dan mereka yang kurang daripadanya,
Serta menolong dirinya
Hargailah dan pergunakanlah sebaik-baiknya
Segala sesuatu yang kita terima dari Tuhan
Itulah kehendak kita
Bhinneka Tunggal Ika

SAJAK WIDURI UNTUK JOKI TOBING

SAJAK WIDURI UNTUK JOKI TOBING
Oleh : 
W.S. Rendra
Debu mengepul mengolah wajah tukang-tukang parkir. 
Kemarahan mengendon di dalam kalbu purba.
 
Orang-orang miskin menentang kemelaratan.
 
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu,
 
kerna wajahmu muncul dalam mimpiku.
 
Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu
 
karena terlibat aku di dalam napasmu.
 
Dari bis kota ke bis kota
 
kamu memburuku.
 
Kita duduk bersandingan,
 
menyaksikan hidup yang kumal.
 
Dan perlahan tersirap darah kita,
 
melihat sekuntum bunga telah mekar,
 
dari puingan masa yang putus asa.

TAHANAN

TAHANAN
Oleh :
W.S. Rendra
Atas ranjang batu 
tubuhnya panjang
 
bukit barisan tanpa bulan
 
kabur dan liat
 
dengan mata sepikan terali
Di lorong-lorong 
jantung matanya
 
para pemuda bertangan merah
 
serdadu-serdadu Belanda rebah
Di mulutnya menetes 
lewat mimpi
 
darah di cawan tembikar
 
dijelmakan satu senyum
 
barat  di perut gunung
 
(Para pemuda bertangan merah
 
adik lelaki neruskan dendam)
Dini hari bernyanyi 
di luar dirinya
 
Anak lonceng
 
menggeliat enam kali
 
di perut ibunya
 
Mendadak
 
dipejamkan matanya
Sipir memutar kunci selnya 
dan berkata
 
-He, pemberontak
 
hari yang berikut bukan milikmu !
Diseret di muka peleton algojo 
ia meludah
 
tapi tak dikatakannya
 
-Semalam kucicip sudah
 
betapa lezatnya madu darah.
Dan tak pernah didengarnya 
enam pucuk senapan
 
meletus bersama

SAJAK MATAHARI

SAJAK MATAHARI
Oleh : 
W.S. Rendra
Matahari bangkit dari sanubariku. 
Menyentuh permukaan samodra raya.
 
Matahari keluar dari mulutku,
 
menjadi pelangi di cakrawala.
Wajahmu keluar dari jidatku, 
wahai kamu, wanita miskin !
 
kakimu terbenam di dalam lumpur.
 
Kamu harapkan beras seperempat gantang,
 
dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !
Satu juta lelaki gundul 
keluar dari hutan belantara,
 
tubuh mereka terbalut lumpur
 
dan kepala mereka berkilatan
 
memantulkan cahaya matahari.
 
Mata mereka menyala
 
tubuh mereka menjadi bara
 
dan mereka membakar dunia.
Matahri adalah cakra jingga 
yang dilepas tangan Sang Krishna.
 
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,
 
ya, umat manusia !
Yogya, 5 Maret 1976 
Potret Pembangunan dalam Puisi

SAJAK KENALAN LAMAMU


SAJAK KENALAN LAMAMU

Oleh : 
W.S. Rendra
Kini kita saling berpandangan saudara. 
Ragu-ragu apa pula,
 
kita memang pernah berjumpa.
 
Sambil berdiri di ambang pintu kereta api,
 
tergencet oleh penumpang berjubel,
 
Dari Yogya ke Jakarta,
 
aku melihat kamu tidur di kolong bangku,
dengan alas kertas koran, 
sambil memeluk satu anakmu,
 
sementara istrimu meneteki bayinya,
 
terbaring di sebelahmu.
 
Pernah pula kita satu truk,
 
duduk di atas kobis-kobis berbau sampah,
 
sambil meremasi tetek tengkulak sayur,
 
dan lalu sama-sama kaget,
 
ketika truk tiba-tiba terhenti
 
kerna distop oleh polisi,
 
yang menarik pungutan tidak resmi.
 
Ya, saudara, kita sudah sering berjumpa,
 
kerna sama-sama anak jalan raya.
 
……………………………
Hidup macam apa ini ! 
Orang-orang dipindah kesana ke mari.
 
Bukan dari tujuan ke tujuan.
 
Tapi dari keadaan ke keadaan yang tanpa perubahan.
 
…………………….
Kini kita bersandingan, saudara. 
Kamu kenal bau bajuku.
 
Jangan kamu ragu-ragu,
 
kita memang pernah bertemu.
 
Waktu itu hujan rinai.
 
Aku menarik sehelai plastik dari tong sampah
 
tepat pada waktu kamu juga menariknya.
 
Kita saling berpandangan.
 
Kamu menggendong anak kecil di punggungmu.
 
Aku membuka mulut,
 
hendak berkata sesuatu……
 
Tak sempat !
 
Lebih dulu tinjumu melayang ke daguku…..
 
Dalam pandangan mata berkunang-kunang,
 
aku melihat kamu
 
membawa helaian plastik itu
 
ke satu gubuk karton.
 
Kamu lapiskan ke atap gubugmu,
 
dan lalu kamu masuk dengan anakmu…..
 
Sebungkus nasi yang dicuri,
 
itulah santapan.
 
Kolong kios buku di terminal
 
itulah peraduan.
 
Ya, saudara-saudara, kita sama-sama kenal ini,
 
karena kita anak jadah bangsa yang mulia.
 
………………….
Hidup macam apa hidup ini. 
Di taman yang gelap orang menjual badan,
 
agar mulutnya tersumpal makan.
 
Di hotel yang mewah istri guru menjual badan
 
agar pantatnya diganjal sedan.
 
……………..
 
Duabelas pasang payudara gemerlapan,
 
bertatahkan intan permata di sekitar putingnya.
 
Dan di bawah semuanya,
 
celana dalam sutera warna kesumba.
 
Ya, saudara,
 
Kita sama-sama tertawa mengenang ini semua.
 
Ragu-ragu apa pula
 
kita memang pernah berjumpa.
 
Kita telah menyaksikan,
 
betapa para pembesar
 
menjilati selangkang wanita,
 
sambil kepalanya diguyur anggur.
 
Ya, kita sama-sama germo,
 
yang menjahitkan jas di Singapura
 
mencat rambut di pangkuan bintang film,
 
main golf, main mahyong,
 
dan makan kepiting saus tiram di restoran terhormat.
 
………..
 
Hidup dalam khayalan,
 
hidup dalam kenyataan……
 
tak ada bedanya.
 
Kerna khayalan dinyatakan,
 
dan kenyataan dikhayalkan,
 
di dalam peradaban fatamorgana.
 
……….
Ayo, jangan lagi sangsi, 
kamu kenal suara batukku.
 
Kamu lihat lagi gayaku meludah di trotoar.
 
Ya, memang aku. Temanmu dulu.
 
Kita telah sama-sama mencuri mobil ayahmu
 
bergiliran meniduri gula-gulanya,
 
dan mengintip ibumu main serong
 
dengan ajudan ayahmu.
 
Kita telah sama-sama beli morphin dari guru kita.
 
Menenggak valium yang disediakan oleh dokter untuk ibumu,
 
dan akhirnya menggeletak di emper tiko,
 
di samping kere di Malioboro.
 
Kita alami semua ini,
 
kerna kita putra-putra dewa di dalam masyarakat kita.
 
…..
Hidup melayang-layang. 
Selangit,
 
melayang-layang.
 
Kekuasaan mendukung kita serupa ganja…..
 
meninggi…. Ke awan……
 
Peraturan dan hukuman,
 
kitalah yang empunya.
 
Kita tulis dengan keringat di ketiak,
 
di atas sol sepatu kita.
 
Kitalah gelandangan kaya,
 
yang perlu meyakinkan diri
 
dengan pembunuhan.
 
………..
 
Saudara-saudara, kita sekarang berjabatan.
 
Kini kita bertemu lagi.
 
Ya, jangan kamu ragu-ragu,
 
kita memang pernah bertemu.
 
Bukankah tadi telah kamu kenal
 
betapa derap langkahku ?
Kita dulu pernah menyetop lalu lintas, 
membakari mobil-mobil,
 
melambaikan poster-poster,
 
dan berderap maju, berdemonstrasi.
 
Kita telah sama-sama merancang strategi
 
di panti pijit dan restoran.
 
Dengan arloji emas,
 
secara teliti kita susun jadwal waktu.
 
Bergadang, berunding di larut kelam,
 
sambil mendekap
 hostess di kelab malam. 
Kerna begitulah gaya pemuda harapan bangsa.
Politik adalah cara merampok dunia. 
Politk adalah cara menggulingkan kekuasaan,
 
untuk menikmati giliran berkuasa.
 
Politik adalah tangga naiknya tingkat kehidupan.
 
dari becak ke taksi, dari taksi ke sedan pribadi
 
lalu ke mobil sport, lalu : helikopter !
 
Politik adalah festival dan pekan olah raga.
 
Politik adalah wadah kegiatan kesenian.
 
Dan bila ada orang banyak bacot,
 
kita cap ia sok pahlawan.
 
………………………..
Dimanakah kunang-kunag di malam hari ? 
Dimanakah trompah kayu di muka pintu ?
 
Di hari-hari yang berat,
 
aku cari kacamataku,
 
dan tidak ketemu.
 
………………
Ya, inilah aku ini ! 
Jangan lagi sangsi !
 
Inilah bau ketiakku.
 
Inilah suara batukku.
 
Kamu telah menjamahku,
 
jangan lagi kamu ragau.
Kita telah sama-sama berdiri di sini, 
melihat bianglala berubah menjadi lidah-lidah api,
 
gunung yang kelabu membara,
 
kapal terbang pribadi di antara mega-mega meneteskan air mani
 
di putar
 blue-film di dalamnya. 
…………………
Kekayaan melimpah. 
Kemiskinan melimpah.
 
Darah melimpah.
 
Ludah menyembur dan melimpah.
 
Waktu melanda dan melimpah.
 
Lalu muncullah banjir suara.
 
Suara-suara di kolong meja.
 
Suara-suara di dalam lacu.
 
Suara-suara di dalam pici.
 
Dan akhirnya
 
dunia terbakar oleh tatawarna,
 
Warna-warna nilon dan plastik.
 
Warna-warna seribu warna.
 
Tidak luntur semuanya.
 
Ya, kita telah sama-sama menjadi saksi
 
dari suatu kejadian,
 
yang kita tidak tahu apa-apa,
 
namun lahir dari perbuatan kita.
Yogyakarta, 21 Juni 1977 
Potret Pembangunan dalam Puisi

Kamis, 14 Februari 2013

Panganan Tradhisional


Panganan Tradhisional



Panganan tradhisional ing Jogjakarta inggih menika wonten :

1.      Cemplon

2.      Klepon

3.      Growol

4.      Gethuk

5.      Gudheg

6.      Geplak

7.      Geblek

8.      Alen-alen lan sakpanunggalanipun

Panganan tradhisional punika sampun kalah kalian panganan ingkang siap saji .

Panganan punika sampun arang dipun remeni amergi caranipun masak ingkang suwe lan dipun anggep panganan panganan ingkang ketinggalan jaman.

Sakjanipun panganan tradhisional punika luwih sehat ketimbang panganan ingkang siap saji amargi panganan punika tasih migunakaken bahan ingkang alami utawi mboten migunakaken kimia.

Tuladhanipun damel panganan tradhisional Gethuk inggih menika :

Bahanipun :

1.      Telo

2.      Gula Jawa utawi Gula Pasir

3.      Kambel enom(dipun parut)

Caranipun :

1.      Telonipun di onceki lan dipun kumbah

2.      Telo ingkang sampun  lajeng dipun kukus utawi di godhog

3.      Sak sampunipun telo mateng, telonipun di deplok utawi dipun uleg nganthi telonipun alus

4.      Lajeng ditambahi gula lan dicampur kanthi rata

5.      Lajeng cetak wonten wadah kotak utawi bunder banjur dipun kukus kanthi gulanipun cair utawi tunggu 5 menit

6.      Sak lajengipun telo dientas lan didemke. Yen sampun adem, gethuk dipun iris lan disukani kambil ingkang sampun diparut lan dipun kukus rumiyin.

Mekaten caranipun damel gethuk, mugi-mugi saged dados waosan kang sae . Matur suwun.

Panganan Tradhisional


Panganan Tradhisional

Panganan tradhisional ing Jogjakarta inggih menika wonten :
1.      Cemplon
2.      Klepon
3.      Growol
4.      Gethuk
5.      Gudheg
6.      Geplak
7.      Geblek
8.      Alen-alen lan sakpanunggalanipun
Panganan tradhisional punika sampun kalah kalian panganan ingkang siap saji .
Panganan punika sampun arang dipun remeni amergi caranipun masak ingkang suwe lan dipun anggep panganan panganan ingkang ketinggalan jaman.
Sakjanipun panganan tradhisional punika luwih sehat ketimbang panganan ingkang siap saji amargi panganan punika tasih migunakaken bahan ingkang alami utawi mboten migunakaken kimia.
Tuladhanipun damel panganan tradhisional Gethuk inggih menika :
Bahanipun :
1.      Telo
2.      Gula Jawa utawi Gula Pasir
3.      Kambel enom(dipun parut)
Caranipun :
1.      Telonipun di onceki lan dipun kumbah
2.      Telo ingkang sampun  lajeng dipun kukus utawi di godhog
3.      Sak sampunipun telo mateng, telonipun di deplok utawi dipun uleg nganthi telonipun alus
4.      Lajeng ditambahi gula lan dicampur kanthi rata
5.      Lajeng cetak wonten wadah kotak utawi bunder banjur dipun kukus kanthi gulanipun cair utawi tunggu 5 menit
6.      Sak lajengipun telo dientas lan didemke. Yen sampun adem, gethuk dipun iris lan disukani kambil ingkang sampun diparut lan dipun kukus rumiyin.
Mekaten caranipun damel gethuk, mugi-mugi saged dados waosan kang sae . Matur suwun.